Oleh:
Muh. Farid Samawi
NRP. P062020121
E-mail: Farids02@yahoo.com
Pendahuluan
Tuhan menciptakan mahluk dengan tujuan tertentu, baik yang hidup maupun yang mati, yang besar maupun yang kecil semua mempunyai peranan dalam kehidupan ini. Mahluk yang sangat kecil sekalipun seperti bakteri, virus dan plankton mempunyai fungsi khusus didalam kehidupan. Apabila dimusnahkan atau digantikan akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang akhirnya mengalami kerusakan.
Plankton sebagai organisme yang sangat kecil memiliki ukuran 0,45 mm yang tak nampak oleh mata telanjang dan tersebar luas diperairan tawar dan laut. Plankton ini terdiri dari plankton hewani (zooplankton) dan plankton nabati (fitoplankton). Dalam struktur piramida makanan, fitoplankton sangatlah penting karena menempati posisi sebagai produksi primer.
Kedudukan fitoplankton sebagai produksi primer dengan kandungan nutrisi yang tinggi terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak serta asam lemak telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain dalam bidang perikanan, farmasi dan makanan suplemen. Organisme ini diisolasi kemudian dibudidayakan secara intensif untuk mendapatkan monospesis dengan kepadatan tinggi.
Tujuan Penulisan
Penulisan ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai mikroorganisme fitoplankton laut yang mempunyai peranan sangat besar bagi kehidupan.
Pengertian
Apakah fitoplankton itu ? Merupakan pertanyaan yang harus dijawab untuk menjelaskan pengertian fitoplankton. Fitoplankton menurut Davis (1951) adalah mikroorganisme nabati yang hidup melayang-layang di dalam air, relatif tidak mempunyai daya gerak sehingga keberadaanya dipengaruhi oleh gerakan air serta mampu berfotosintesis. Organisme planktonik ini biasanya ditangkap menggunakan jaring, berdasarkan ukuran mata jaring maka fitoplankton digolongkan berdasarkan ukuran yaitu: megaplankton ialah plankton lebih besar dari 0,2 mm ; yang berukuran 0,2 mm – 2,0 mm digolongkan makroplankton ; mikroplankton ialah plankton yang berukuran 20 mm – 0,2 mm. Sedangkan plankton yang tidak dapat ditangap dengan jaring tetapi dengan filter milipor adalah nanoplankton ialah plankton sangat kecil yang berukuran 2 mm – 20 mm dan ultraplankton yaitu oplankton yang berukuran lebih kecil dari 2 mm.
Taksonomi dan Morfologi Fitoplankton Laut
Pada perairan laut terdapat tiga belas kelas (Tabel 1), diatom dan dinoflagellata merupakan golongan besar dan tersebar luas di laut, baik perairan pantai maupun lautan.
Tabel 1. Klasifikasi fitoplankton laut (Parson et al, 1984)
Taksonomi (kelas) | Nama umum | Area yang dominan |
Cyanophyceae | Alga biru hijau | Tropik, cosmopolitan |
Rhodophyceae | Alga merah | Jarang, Pantai |
Bacillariophyceae | Diatom | Seluruh perairan laut, khususnya pantai |
Cryptophyceae | Cryptomonad | Cosmopolitan, khususnya pantai |
Dinophyceae | Dinoflagellata | Seluruh perairan laut, khususnya daerah tropis |
Chrysophyceae | Crysomonad Silicoflgellata | Jarang, pantai Kadang-kadang melimpah |
Haptophyceae | Coccolithopor Prymnesiomonad | Lautan (coccolit) Pantai (prymnesio) |
Raphidiophyceae | Chloromonad | Jarang, tetapi kadang-kadang melimpah, payau |
Xanthophyceae | Alga kuning hijau | Jarang |
Eustigmatophyceae | - | Jarang |
Euglenophyceae | Euglenoid | Pantai |
Prasinophyceae | Prasionomonad | Seluruh perairan laut |
Chlorophyceae | Alga hijau Volvocales | Jarang , pantai |
Gambaran morfologi beberapa fitoplankton yang dominan diperlihatkan pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Beberapa genera fitoplankton laut. Diatom: (1) Rhizosolenia, (2) Chaetoceros, (3) Navicula, (4) Thalassiosira, (5) Skeletonema, (6) Coscinodiscus. Dinoflagellata: (7) Ceratium, (8) Peridinium, (9) Dinophysis, (10) Gonyaulax, Kokolitopor: (11) Cocolithus, (12) Tricodesmium.
Reproduksi Fitoplankton Laut
Proses reproduksi fitoplankton laut dilakukan melalui pembelahan diri menjadi dua. Contoh pada diatom (Gambar 2A), epiteka (katub atas) terlepas dari hipoteka (katub bawah). Tiap belahan katub akan membentuk katub atas atau katub bawah baru (Gambar 2B). Proses pembentukan katub ini cukup lama, sehingga beberapa generasi berukuran lebih kecil. Pemulihan ukuran dilakukan melalui pembentukan oksospora.
Gambar 2. A. Struktur sebuah diatom. B. Proses pengecilan ukuran diatom dan pemulihan ukuran melalui pembentukan oksospora
Komposisi Kimia Fitoplankton Laut
Tabel 2 memperlihatkan persentase protein, karbohidrat dan lemak yang ditemukan pada spesis fitoplankton laut selama proses pertumbuhan. Kandungan protein tertinggi ditemukan pada spesis Tetraselmis maculata sedangkan kandungan karbohidrat dan lemak tertinggi pada spesis Amphidinium carteri . berdasarkan komposisi monosakarida pada fitoplankton laut diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi hasil metabolisme utama fitoplankton
Spesis | Volume (m3c) | Abu berat kering (%) | ||
Protein | KH | Lemak | ||
Prasinophyceae Tetraselmis maculata | 310 | 68 | 20 | 4 |
Chlorophyceae Dunaniella salina | 400 | 58 | 32 | 7 |
Bacillariophyceae Skeletonema costatum | 1390 | 58 | 33 | 7 |
Chrysophyceae Monochrysis lutheri | 28 | 53 | 34 | 13 |
Dinophyceae Amphidinium carteriExuviaella sp | 740 780 | 36 35 | 39 42 | 23 17 |
Myxophycea Agmenelium quadeuplictum | 1,5 | 44 | 38 | 16 |
Tabel 3. Komposisi monosakarida hasil hidrolisa sel alga (Parson et al. 1984)
Serat kasar (% KH) | Gula dasar (% berat kering sel) | |||||||||||
Glukosa | Galaktosa | Mannosa | Ribosa | Xylosa | Arabinosa | Rhamnosa | Fukosa | Fruktosa | Hexosamina | Asam Heksuronik | ||
CHLOROPHYCEAEDunaniella salina | 9,8 | 17,2 | 11,8 | - | 1,7 | - | - | - | - | - | - | + |
PRASINOPHYCEATetraselmis maculata | 12,6 | 11,9 | 2,3 | - | 0,95 | - | - | - | - | - | - | + |
CHRYSOPHYCEAEMonochrysis lutheri | 3,6 | 22,1 | 4,4 | - | 1,3 | 3,5 | - | - | - | - | - | + |
HAPTOPHYCEAESyracosphaera carterae | 1,7 | 9,2 | 7,1 | - | 1,5 | 0,8 | 1,9 | - | - | - | - | + |
BACILLARIOPHYCEAChaetoceros sp Skeletonema costatum Coscinodiscus wailsii Phaeodactylum tricornutum | 22,8 9,6 29 2,5 | 3,3 16,4 2,1 10,7 | 1,5 1,8 0,4 2,7 | 0,79 0,87 0,41 3,7 | 0,71 1,2 + 0,72 | 0,4 - - 0,7 | - - - - | 2,8 1,0 0,7 1,5 | + 0,9 0,5 - | - - - - | - - - - | + + + + |
DINOPHYCEAEAmphidinium carteri Exuviaella sp | 2,0 37,0 | 19,0 26,8 | 8,4 8,3 | - - | 0,9 + | - + | - + | + + | - - | - - | - - | - - |
MYXOPHYCEAEAgmenellum quadruplicatum | 17,4 | 17,4 | 3,2 | - | 1,5 | - | - | - | - | 3,5 | 0,3 | + |
Keterangan: + gula dideteksi tapi tidak diestimasi - gula tidak terdeteksi
Penyebaran Fitoplankton Laut
Fitoplankton biasanya berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis (Arinardi dkk., 1997). Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin, arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan serta adanya percampuran massa air (Davis, 1955).
Peranan Fitoplankton Laut
Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. . Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan.
Dewasa ini fitoplankton laut telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain:
1. Bidang perikanan
Sebagai makanan larva ikan, dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu, misalnya Skeletonema. Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha pembibitan ikan untuk keperluan makanan larva ikan.
2. Industri farmasi dan makanan suplemen
Fitoplankton yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan suplemen bagi penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi. Contoh produk yang beredar dari jenis Chlorella.
3. Pengolahan limbah logam berat
Dalam pengolahan limbah logam berat fitoplankton dapat digunakan untuk mengikat logam dari badan air dan mengendapkannya pada dasar kolam. Sehingga logam dalam air menjadi berkurang.
Daftar Pustaka
Angka, S.L. dan Maggy. T.S. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, IPB, Bogor.
Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trianingnsih, E. Asnaryanti dan S. H. Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta.
Davis, C.C. 1951. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.
Nybakken, J.W. 1982. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa H. Muh. Eidman. PT. Gramedia, Jakarta.
Parsons, T.R. Masayuki, T. dan Barry H., 1984. Biological Oceanographic Processes. 3rd Edition. Pergamon Press, Oxford.